Tentang Sekolah Rakyat KAMI

Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
Pendidikan untuk semua. Inilah yang menjadi dasar didirikannya Sekolah Rakyat Kami. Bergerak pada isu pendidikan Alternatif, sekolah Rakyat KAMI (Komunitas Anak Miskin) mendampingi anak-anak pemulung yang terletak di pintu nol Politeknik Negeri Ujung Pandang atau belakang workshop Unhas (pemukiman pemulung). Sejak didirikannya pada tahun 2007 sampai hari ini, sekitar 30an anak pemulung dengan rutin bermain dan belajar bersama disebuah gubuk kecil, usang, namun nyaman yang sering kami sebut dengan nama Sekolah. Karena di Sekolah rakyat KAMI, tidak ada sekat formal yang membatasi anak untuk berlajar

Senin, 16 April 2012

Pendidikan Alternatif dan Kelas Tanpa Batas


Kenapa Pendidikan Alternative harus ada?

Pertanyaan itu mungkin harus kita jawab bersama. Dan saya akan memulai sedikit menguarai pertanyaan di atas. Tidak bisa kita pungkiri bahwa hari esok tergantung dari seberapa bagus kualitas generasi yang akan mengisi kehidupan dimasa mendatang.

Anak anaklah yang akan tumbuh beberapa puluh tahun kedepan dan akan mengisi kehidupan. Anak anak akan terus lahir dan bertumbuh tiap harinya. Di masa depan yang masih dalam tebakan kita. Tapi tak berarti tak bisa kita predikisikan masalah masalah yang mungkin akan terjadi. Hari ini adalah gambaran di masa mendatang.

Kemiskinan di Negara ini tentulah bisa menjadi gambaran untuk memprediksikan masa depan anak anak. Pada tahun 2011 saja BPS mencatat 29, 89 juta jiwa yang berada di bawah garis kemiskinan itupun standar garis kemiskinan di Indonesia  yang di tetapkan FOA sangat miris. Pendapatan 7000 ribu rupia perhari sudah dianggap tidak miskin. Dan standar BPS sendiri 7,791 rupia perhari.

Sangat mengelikan. Coba kita bayangkan dengan 7 ribu rupiah apa bisa memenuhi kebutuhan kita sehari. Untuk memenuhi makan yang rutin 3 kali dalam sehari saja ini tidak mengcukupi. Apalagi untuk kebutuhan yang lain seperti kesehatan  dan pendidikan.

Belum lagi sector pendidikan dan kesehatan telah diprivatisasi oleh Negara ini. Sehingga aksesnya tidak mudah untuk rakyat miskin.

Kondisi ini di perparah karna sumberdaya alam yang seharusnya jadi sumber penghidupan rakyat juga    telah diprivatisasi oleh Negara sehingga monopoli sumberdaya alam terjadi dimana mana. Kemiskinan di Indonesia bukan karna kurangnya sumberdaya tapi melainkan karna tidak berpihaknya pemerintah pada rakyat miskin dalam mengeola sumberdaya .

Seperti yang telah dikemukan oleh peraih nobel ekonomi dari india Amarta sen  dalam tulisannya“ kelaparan dan kemiskinan di negara berkembang terjadi bukan karena tidak  tersedianya bahan makanan, tetapi karena masyarakat tidak memiliki kebebebasan dalam memperoleh akses itu”.  

Kurangnya akses inilah yang menyebabkan kemiskinan dan hilangnya hak hak social, politik, dan ekonomi rakyat miskin.
Jika melihat kemiskinan dalam konteks anak anak dan pendidikan maka kitapun harus tetap melihat fakta fakta yang telah di catat dalam angka angka sebagai landasan paling dasar untuk kita melihat kondisi anak anak.

Hari ini saja sudah tercatat 3,7 juta jiwa anak anak miskin. Mereka  jadi pekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup.  Tak hanya jumlah pekerja anak yang sangat menakjubkan jumlah anak anak yang putus sekolah tak kalah menakjubkannya data komnas perlindungan anak di 33 propinsi pada tahun 2007 mencatat 11,7 juta jiwa anak yang mengalami putus sekolah.

Kemiskinan membuat mereka tak mampu mengakses sekolah  selain karna biaya pendidikan yang tak mampu mereka penuhi.
Pembangunan yang berorientasi pada  pada sector materil dan berpusat dikota mendorong derasnya migrasi kekota kota.  Membuat makin banyak miskin kota.

Komunitas pemulung adalah orang orang desa yang meniggalkan kampungnya berpindah kekota dan menetap ataupun hanya datang pada musim musim tertentu.  Salah satu komunitas  pemulung yang berdiam di jalan poltek UNHAS  mereka datang dari kecamatan tompobulu gowa desa malakaji.
Sudah lebih dari 30 tahun  mereka mulai ada jalan poltek unhas. Sejak awal kedatangan mereka sudah bekerja sebagai pemulung  hingga kini. Lokasi tersebut telah banyak menampung orang orang dari malakaji. Mereka memiliki ikatan kekerabatan satu sama lainnya.

Namun tidak semua dari mereka hidup menetap kadang kadang ada yang datang di waktu waktu  tertentu. Atau seringakali ada yang berpindah di pemukiman pemulung lainnya karna konflik  antar sesama pemulung ataupun dengan pedagan pengumpul.
Ada beberapa kepala keluarga telah menetap bahkan sudah menjadi pemulung dan bermukim ditempat tersebut lebih dari 30 tahun lamanya. 

Daeng Nali adalah pemulung terlama yang disana, jauh sebelum bangunan kampus UNHAS berdiri dia telah bermukim disana. Ia pun belum memulung di dalam kampus hanya  mencari samapah plastic di sekitar perumahan terdekat dari pemukimannya.

Sampah sampah plastic saat itu belum ada gelas gelas dan botol botol plastic. Yang bisa di dapatkan saat mencari hanya peralatan rumah tangga yang sudah rusak, seperti baskom plastik, ember plastik, dan peralatan rumah tangga yang  berbahan plastik atau benda  benda lainnya yang berbahan besi.

Mereka membawa serta anak anak mereka hidup di kota. Setiap harinya  Anak anak bekerja seperti orangtua mereka . Dari pagi hari  hingga sore mereka mencari gelas plastic dan botol botol di sekitar kampus.
Jika karung karung yang Anak anak bawa keluar mencari tak penuh sebelum sore orangtua mereka akan marah bahkan kadang kadang ada yang dipukuli. Kekerasan sangat sulit terhindarkan dari kehidupan anak anak pada komunitas pemulung.

Setelah mencari plastic sampai jam empat sore jika waktunya menimbang mereka juga wajib membantu orangtua membersihkan plastic plastic dan mengangkat plastic plastic yang akan di timbang ke pedagang pengumpul.
Anak anak ini juga kadang bekerja sambilan. Jika musim hujan tiba mereka ojek payung.  Jika malam hari beberapa diantara mereka jadi buruh angkat barang barang belanjaan di salah satu pusat perbelanjaan terdekat dari rumah mereka.

Hampir tak ada waktu luang untuk belajar. Sejak mereka bangun tidur  pada pagi hari sudah ada kewajiban untuk mencari nafkah yang harus mereka laksanakan. Bekerja seperti telah menjadi tanggungjawab mereka pada orangtua.

Anak anak memiliki hak hak yang telah banyak di atur dalam perundagan ataupun konvesi konvensi intenatioanal. Termasuk hak mereka dalam memperoleh pendidikan. Bahkan konvensi international tahun 1989 yang telah disepakati pbb telah mengatur Negara Negara anggota untuk menyelegarakan pendidikan untuk semua anak anak.
Dua pasal dalam konvensi tersebut yakni pasal 28 dan 29 sangat jelas mengatur hal tersebut. hak hak anak terhadap pendidikan sudah semestinya mereka peroleh untuk keberlanjutan kehidupan yang lebih adil dan egaliter. Hak hak ini harusnya lebih mudah mereka dapatkan sebab telah banyak aturan aturan yang menguatkan hal tersebut.

Namun faktanya setiap kali anda berjalan keluar rumah anda akan menyaksikan anak anak di jalan sedang menenteng Koran atau seadang bernyanyi di pintu pintu mobil yang sedang berhenti di lampu merah. sudah menjadi pemandangan biasa bahkan mungkin seringkali anda kesal karna kehadiran mereka seringkali mengganggu aktifitas

Pastinya anda seringkali meihat anak anak berkeliling kompleks membawa gerobak berteriak “sampah” anak anak yang menyediakan jasa mengangkut sampah. Atau hanya sekedar mengendong karung lalu mengaisngais tong sampah yang ada di halaman anda atau tempat pembuangan sampah yang dikompleks. Dan jika melihat lebih dekat salah satu komunitas  yang jadi pekerja anak.

Jika jalan jalan kepemukiman mereka, adalah pemandangan biasa jika menyaksikan anak anak memikul karung karung  berisi gelas gelas dan botol plastic yang lebih besar dari badan mereka bahkan karung karungnya lebih besar di bandingkan badan orang besar.

Kadang anak anak ini menolak untuk bekerja mencari plastic jika hal ini berlangsung lama anak terusir dari rumah.
Kebanyakan dari mereka meniggalkan desa karna alasan perekonomian. Meski desa menyimpan sumberdaya yang banyak arus migrasi tetap tak bisa terbendung.

Tidak meratanya sumberdaya menjadi salah satu factor  pendorong.  Sumber daya dalam hal ini adalah tanah. Padahal Salah satu sumber daya alam inilah yang berpengaruh besar terhadap perekonomian satu keluarga. Pasalnya di desa desa belum ada sector industry yang juga bisa jadi salah satu alternative sumber penghidupan. Tanah menjadi sangat berperan penting sebab jika tak ada tanah mereka tak bisa bertani.

Selain itu pengelolaan  sumberdaya di desa belum sesuai potensi  yang di milki orang orang desa. Hal ini disebabkannya kurangnya informasi tentang pengelolaan sumberdaya alam. Ini tidak lepas dari peran pemerintah.
Perkembangan pembangunan di kota yang sangat timpang dibandingkan desa juga jadi factor pendorong orang orang bermigrasi ke kota untuk mencari peghidupan.

Jika tak ada pendidikan kritis pada rakyat miskin kota maka kondisi ini akan tetap langeng. Tentulah kita tak ingin melihat keberlangsungan system yang meyengsarakan rakyat. 
Kenapa pendidikan kritis pada anak anak uraban adalah pilihan kita dalam bergerak?  hal ini pula yang harus kita jawab bersama dalam komunitas.

Seperti yang telah saya kemukakan di atas bahwa anak anak adalah generasi yang akan terus ada dan mengisi kehidupan dimasa masa mendatang dan tentunya jika kita ingin hidup yang lebih baik dimasa mendatang tentulah dari sekarang kita harus mempersiapkannya.

Pendidikan kritis pada anak atau dikenal dengan Pedagogi kritis (critical pedagogy) merupakan pendekatan pembelajaran yang berupaya membantu murid mempertanyakan dan menantang dominasi serta keyakinan dan praktek-praktek yang mendominasi (wikipedia).

Pedagogi kritis (critical pedagogy) dapat dimaknai sebagai pendidikan kritis yaitu pendidikan yang selalu mempertanyakan mengkritisi pendidikan itu sendiri dalam hal-hal fundamental tentang pendidikan baik dalam tataran filosofis, teori, sistem, kebijakan maupun implementasi implementasi.

Pedagogi kritis mendapat pengaruh besar dari seorang pemikir yang bernama Paulo freire mengemukan bahwa pendidikan  harus dilaksanakan dalam upaya membebaskan manusia situasi sosial dan pendidikan yang menekan, mendominasi dan menjadikan manusia harus menerima apa adanya dalam situasi sosial yang ada tanpa menyadari dan mengkritisi situasi tersebut.

Pedagogi krtis dalam ideologi sebagai paraktek transformasi kondisi  social yang mengdominasi menjadi tatanan sosaial yang adil dan egaliter.

Dalam prakteknya pendidikan kritis pada anak pengembangan kesadaran kritis melalui pemahaman hubungan antara masalah individu dan pengalaman dengan konteks sosial dimana individu itu berada, untuk itu langkah praxis penting untuk dilakukan sebagai pendekatan reflektif atas tindakan yang melibatkan siklus teori, aplikasi, evaluasi, refleksi dan kemudian kembali lagi pada teori. Siklus tersebut akan mendorong kesadaran kritis manusia akan diri dan lingkungannya. Tentunya ini praktik ini akan kita lakukan secara bersama sama.

Atas dasar itulah  kita membuat sekolah Rakyat KAMI sebagai wadah anak anak urban poor memperoleh pendidikan alternative. Sebab di sekolah sekolah formal praktek  pendidikan kritis pada anak tentunya tidak akan kita temui.
Padahal sangatlah penting memberi pendidikan krtis pada anak anak sejak dini dalam hal ini urban poor agar nantinya mereka mampu kritis terhadap kondisi mereka saat ini.

Seperti apa bentuk pedagogy kritis yang akan yang tepat untuk kondisi anak anak anak urban poor dan lebih khususnya lagi pemulung dan anak jalanan?

Kelas tanpa batas ini hanya salah satu bentuk reflektif kita terhadap kondisi anak anak pemulung yang seringkali berpindah pindah. Tidak bisa mengakses sekolah formal serta sulit menyusaikan disekolah tersebut. dan yang paling penting sekolah sekolah fomal ini tak hanya sulit diakses tapi juga tak menerapkan kurikulum yang bebasiskan pedagogy kritis.

Meskipun anak anak bersekolah disekolah sekolah formal karna tuntutan tatanan sosial yang  mengiring orangtua anak anak untuk bersekolah pada pendidikan formal dengan harapan dapat merubah hidup. Bukan kesalahan pada orangtua yang memiliki pandangan demikian karna pada dasarnya pradigma pedidikan formal yang di bangun demikiaan adanya.

Kesadaran seperti itulah yang mendorong orangtua menyekolahkan anaknya pada pada sekolah sekolah formal. Dengan harapan merubah kuliatas hidup dengan bersekolah.  Namun ternyata hal ini pun memperoleh kendala sebab orang tua anak anak urban khususnya pemulung tidak menyadari bahwa anak anak mereka tak siap dengan sekolah formal karna kesulitan menyusaikan diri. Penyebab dari factor lingkungan yang anak anak hadapi seringaki berubah ubah.

Karna tidak menyadari kondisi ini orangtua tetap menaruh harapan besar pada anak anak di pendidikan formil dan sebagai konsekuensinya anak anak ini banyak yang putus sekolah bahkan sama sekali tidak sekolah.
anak anak sangat sulit menyusaikan diri di sekolah baru. lingkungan pergaulan yang berbeda. pelajaran yang tak mampu di kejar. kadang anak anak prustasi dengan sekolah dan akhirnya seringkali membolos dan sampai akhir tak mau lagi kesekolah.

Kelas tanpa batas ini juga bukanlah hal yang paten untuk menjawab kondisi anak anak urban poor dalam memperoleh pendidikan. Kedepannya kita bisa membuat bentuk bentuk lain dari hasil refleksi, evaluasi  setelah mempraksiskan konsep kelas tanpa batas.

Kelas tanpa batas ini konsep sederhananya adalah kelas yang mobile . kelas akan bisa berpindah di beberapa tempat.  
Kelas diatas kendaraan (mobil)  yang berisi buku buku anak anak dan alat alat belajar yang lainnya. sehingga makin banyak anak anak pemulung dan anak anak jalanan lainnya yang bisa kita jangkau. Bukan lagi hanya 30 anak anak yang saat ini telah belajar bersama sama disekolah KAMI.

Tentunya kelas tanpa batas ini harus tetap menjadikan pendidikan kritis pada anak anak sebagai dasar kita dalam pelaksanaannya.  

Media belajar juga menjadi penting untuk di perhatikan. Media belajar yang sesuai konteks lingkungan tiap komunitas. Agar anak anak ini bisa peka terhadap apa yang ada disekitar mereka dan yang paling penting mereka tidak terasing dengan lingkungan mereka disinilah peran media belajar sangat bermanfaat.

Selain dua tujuan di atas media belajar yang sesuai konteks kelas dan lingkungan mereka juga membantu kreatifitas anak anak juga pendamping untuk selalu mengalih hal hal yang baru disekitar mereka.

Kelas tanpa batas ini hanya salah satu model pendidikan alternative yang akan kita lakukan tentunya dengan tidak meninggalkan model model pendidikan alternative yang telah kita kerjakan sebelumnya pada komunitas pemulung. Dan akan terus mencari dan menemukan model model pendidikan alternative  yang lebih efektif dan membawa perubahan tatanan social yang lebih baik.


sultan salah satu anak anak yang belajar disekolah KAMI



Top of Form

Tidak ada komentar:

Posting Komentar