Dengan
nama Allah yang hanya kepada-Nya lah aku bergantung,, dengan nama Allah Yang
hanya kepada-Nya lah aku berharap.. Dengan nama Allah yang Hanya kepadanya
kuserahkan Hidup dan Matiku. Bismillahirrahmaanirrahiim..
Sekilas
tentang sekolah rakyat KAMI…
Entah ingin memulai dari mana.. sekolah rakyat KAMI (komunitas Anak Miskin),,
dari namanya sudah nampak sedikit gambaran tentang sekolah ini.. kami
menyebutnya sekolah alternative atau sekolah rakyat.. sangat berbeda dengan
sekolah formal yang kita pernah jalani pada umumnya.. di sekolah ini tidak ada
tradisi upacara, tidak ada ujian Nasional, tidak ada ibu dan bapak guru
berseragam yg tiap hari menghiasi
hari-hari di sekolah. Di sekolah ini tidak
ada kata “dimarahi”, atau “dihukum” oleh bu guru ketika terlambat atau sekedar
tidak memakai topi saat upacara hari senin.
Di sekolah ini, anak-anak bebas mengerjakan apa yang mereka mau kerjakan, tanpa
ada rasa tertekan atau cemas kalau-kalau yang dikerjakan tidak sesuai dengan
teori yang diajarkan oleh guru. Di sekolah ini bahkan tidak ada kata “guru” dan
“murid”, karna yang ada adalah “teman” atau “saudara”.. tidak ada kata si kaya
dan si miskin, si cerdas dan si goblok, si “palla’” dan si “pongoro” dalam
bahasa makassar.. biasanya di sekolahku dulu yang rangking 1 itu sering
dijuluki “palla’” atau yang dalam bahasa Indonesia disebut si “jago”.. di
sekolah ini semua bebas berekspresi.. belajar bisa dimana saja,, di lapangan
sepak bola, di danau, di kuburan bahkan (seperti yang pernah teman-teman
volunteer terapkan, karena waktu itu sekolah belum punya ruang yang bisa untuk
tempat belajar).. sekarang ini Alhamdulillah sudah ada tempat untuk adik-adik
belajar,, tempatnya “indah” untuk anak-anak yang tegar seperti mereka.
Meski banyak orang yang mengatakan itu tempat yang kumuh dengan sampah dan
kumpulan botol plastic bekas yang membukit di sekitarnya, dengan pemandangan
dan bau yang kacau.. tapi di tempat itu anak-anak masih bisa tersenyum
bahagia,, sangat bahagia malah,, di tempat yang hanya berukuran kurang lebih (2
x 2) m2 itu, kami masih bisa bermain dan berlajar banyak hal
Apa
yang membuat saya ingin bergabung di sekolah rakyat kami ?
Di dunia ini ada banyak sekali orang yang hidup tapi sebenarnya mereka “mati”.
Karena mereka tidak memberi arti untuk sesama. Mereka hanya berfokus untuk
hidupnya sendiri tanpa memberi manfaat untuk sesama. Naudzubillah!. Allah
mencintai manusia yang memberi manfaat untuk sesama.
“sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat.” (al-hadist)
“Bila anak Adam mati terputuslah seluruh amalnya kecuali dari tiga (perkara):
shodaqoh jariyah
(sedekah yang berlanjut), atau ilmu
yang bermanfaat, atau anak
shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim)
“ It is not what we give, but
what we share…”
Apa guna hidup kalau tak bisa memberi arti. Tidak ada orang yang rugi karena
berbagi. Apalagi berbagi ilmu. Ladang pahala jariyah yang akan terus mengalir
walau kita meninggal nanti. Sempat ada yang menegur, “ah, kamu kan belum
sarjana, an. Focus saja pada skripsimu, jangan buang-buang waktumu”. Saya hanya
bisa tersenyum. Sama sekali saya tidak ingin mengesampingkan penyelesaian
studi. Dalam seminggu ada 7 hari, dan dalam 7 hari itu saya membagi antara
waktu pribadi dengan waktu social. Saya rasa saya tidak perlu menjelaskan
tentang urusan pribadi saya disini. ^_^
Ada banyak hal yang tidak bisa dipahami. Ada kebahagiaan tersendiri ketika kita
berbagi. Bahkan ketika sekedar berbincang-bincang dengan warga pemulung. Ada
kebahagiaan tersendiri ketika bisa mengajar di sekolah kami. Seperti ada magnet
yang sangat kuat yang menarik saya untuk dekat dengan mereka. Saya tidak bisa
menggambarkan smuanya. Saya hanya berharap anda bisa merasakan kebahagiaan ini.
^_^
Dari
mereka saya banyak belajar…
Bagiku semua orang adalah guru dan semua tempat adalah sekolah. Selama kita
bisa mengambil hikmah atau pelajaran darinya. Pertama kali saya menginjakkan
kaki di perumahan kumuh itu, saya berpikir.. bagaimana mungkin kawan-kawan
volunteer bisa mengajar di tempat seperti ini.. jalannya becek, tempatnya bau
dan kotor.. dimana mereka belajar? Saya masih ingat waktu itu, kalau tidak
salah tahun 2009, saya dan teman-teman dari jurusan keperawatan unhas membuat
penyuluhan tentang kesehatan gigi di sana. Tempat yang disediakan warga waktu
itu sempit sekali kurang lebih (2 x 2) m2, dan untuk menuju ke sana kita harus
melewati pondasi-pondasi karena tanahnya becek/berlumpur. Tapi kami
menjadi sangat antusias dan semangat setelah melihat antusiasme anak-anak untuk
mendapat penyuluhan dari kami. Mereka riang, tak satupun yang murung atau
mengeluh. Saya jadi berpikir, bagaimana seandainya saya yang berada di posisi
mereka. Dalam umurnya yang masih sangat muda (usia sekolah) mereka sudah
dituntut untuk bekerja membantu keluarga memungut botol-botol plastik, dari
pagi sampai sore.. dan dengan berjalan kaki. Bisa kubayangkan bagaimana
lelahnya mereka. Yah, itu kesan pertama saat pertama kali bertemu anak-anak
itu. Saat pertama kali berkunjung ke tempat itu. Perkampungan pemulung di
belakang politeknik unhas.
Bagiku mereka adalah guru-guru kecil yang mengajarkan banyak hal. Dari mereka
saya belajar untuk menikmati hidup. Bagaimanapun getirnya, mereka selalu bisa
menjalani dengan terenyum dan ceria. Dari mereka saya belajar, tentang mandiri
dan berbakti pada keluarga. Mereka masih kecil tapi udah bisa bekerja mencari
nafkah untuk keluarga. Sementara saya? Sepertinya belum banyak yang bisa saya
lakukan untuk mama dan bapak. Dari mereka saya belajar nikmatnya sabar. Saya
bisa melihat guratan lelah dari wajah mereka tapi adakah mereka menangis dan
mengeluh?? TIDAK. Adakah mereka galau??? TIDAK.. sementara kita? Sakit kepala
saja sudah banyak keluh.. mereka berjalan menyusuri kampus dan tempat-tempat
lainnya untuk memulung, bahkan kadang tidak memakai sandal. Kebayang gak betapa
panasnya terik matahari, panasnya aspal dan lelahnya berjalan sambil menentengi
karungan botol-botol itu..? dari mereka saya belajar tentang kesungguhan dalam
menuntut ilmu. Mereka benar-benar sangat mau belajar. Mereka selalu antusias
tiap ada “kakak” yang datang mengajar. Padahal kita lihat kondisi pembelajaran
yang mereka terima sangat jauh dari fasilitas yang kita dapatkan di sekolah.
Tapi mereka menyambut dengan riang dan bersemangat. Saya yakin di luar sana
banyak anak-anak yang diberi kesempatan oleh Tuhan untuk mendapat fasilitas
yang lebih mewah tapi ogah-ogahan menjalaninya, bahkan banyak yang “terpaksa”
sekolah karena permintaan orang tua. Masih banyak pelajaran lain yang telah dan
akan selalu bisa kudapatkan dari mereka.. insyaAllah.
Tentang
pengalaman pertama mengajar…
Saat pertama kali mengajar, kondisinya agak berbeda dengan saat pertama
berkunjung disana. Alhamdulillah sudah ada space untuk belajar. Kata kak
rahi, tempat itu dibuat oleh warga dengan bergotong-royong. Masih “kumuh” tapi
bagi mereka itu sudah menyenangkan untuk ditempati belajar. Sudah ada karpet, 2
papan tulis besar, dan satu lemari buku kecil. Sebenarnya anak-anak tidak
terlalu butuh gedung besar seperti sekolah formal pada umumnya karena mereka
bisa belajar dimana saja. Bisa belajar menghitung dari botol-botol bekas yang
mereka pungut, bisa belajar bahasa inggris dari benda-benda di sekitarnya, dll.
Tidak musti di gedung bagus,kan? Untuk sementara kami focus pada bagaimana
menciptakan suasana akrab dengan anak-anak mengingat kebanyakan kami adalah
volunteer baru yang masih butuh adaptasi dengan anak-anak. Mereka adalah
anak-anak dengan kehidupan yang tergolong “keras” tentu pola komunikasi yang
mereka gunakan juga berbeda. Kami juga harus menyesuaikan diri dengan mereka.
Jangan sampai membuat mereka merasa asing dengan keberadaan kami. Dan ini
tidak bisa instant, pasti butuh proses.
Closing
and wishes..
Ke depannya semoga saya dan kawan-kawan volunteer bisa tetap konsisten dan
semakin semangat mendampingi adik-adik di sekolah rakyat kami.. semoga
smakin banyak hal yang bisa kami lakukan untuk mereka, generasi-generasi emas
bangsa ini. insyaAllah.
Demikian
catatan singkat saya tentang sekolah kami. Sebenarnya masih banyak yang ingin
saya ceritakan, mungkin dalam episode berikutnya,ya… hehehe… *to be continue…
^_^
“Hidup ini indah saat kita berbagi”
Written
by; Angriana, April 4th 2012
"Hidup indah untuk berbagi" ^^
BalasHapussebaik baik orang adalah yang membri manfaat