Sebelumnya, tak pernah
menulis panjang-panjang (kecuali tugas sekolah mengarang dari guru) dan tak tau
tulisan ini akan sepanjang apa. Kurang paham mengenai jenis-jenis tulisan
padahal sewaktu sekolah nilai Bahasa Indonesia tak pernah di bawah 8 J (pameerrrrrrrrr,hihihi)
Mulai yah,
“basmallah”
November 2011, saya
(baca:Gina) berkenalan dengan tempat dan warga yang ada di situ. Tempat itu kotor. Tempat itu kumuh.
Tempat itu sesak. Tempat itu penuh dengan tumpukan botol plastik, gelas
plastik, semua bahan plastik bekas pakai menyatu di situ (kecuali manusia
plastik,hihi).
Tempat itu merupakan pembuangan akhir sampah-sampah plastik yang
ada di sekitar kampus Unhas.
Begitu datang,
“semua mata tertuju pada ku”, slogan pada salah satu ajang pemiihan putri itu
seakan terjadi pada saya. Berbagai ekspresi wajah tergambar. Ada yang senyum,
ada yang kerutkan dahi, ada juga yang datar-datar saja. Untungnya, saat itu
saya tak sendirian. Saya ditemani Taufiq, yah Taufiq lah yang mengenalkan saya
dengan tempat itu.
Saya mulai
menyusuri setiap sudut dari tempat itu. Mulai bertegur sapa dengan warga yang
saya jumpai. Perlahan mulai terasa bahwa mereka bisa menerima saya.
Kemudian, berhentilah kami (saya dan
Taufiq) di salah satu bangunan bambu. Kami nimbrung bercengkrama dengan
beberapa warga. Waktu itu mereka sedang membahas tentang tawuran teman-teman
mahasiswa yang ternyata sangat merugikan salah satu warga disitu. Teman-teman
yang tawuran membakar tumpukan kardus dan kumpulan plastik yang sudah susah
payah dikumpulkan.
Geram hati ini,
teman-teman yang tawuran tak tau dan tak pernah tau berapa kerugian yang mereka
timbulkan!!!! Ah L
Hampir setengah
jam, tak ada satu pun anak kecil yang saya temui. Padahal tujuan saya kesana,
salah satunya ingin kenalan dengan anak-anak hebat disitu. Tapi, karena saat
itu siang hari, pasti mereka sedang sekolah pikir saya. Usut punya usut,
ternyata anak-anak jam segitu tidak sekolah, tetapi mereka sedang bekerja
mengumpulkan pundi-pundi uang dengan memungut barang plastik.
Waw!! Disaat
anak-anak yang lain berkutat dengan lingkungan sekolah dan segala macam janji
pemerintah, anak-anak hebat disitu malah berkutat dengan sampah dan kotor!
Tanpa pusing dengan apa yang menjadi hak sebenarnya seorang anak! Mereka luar
biasa hebat, sodara sodari!! J
Hanya dalam
waktu 45 menit, tempat itu sudah membuat saya nyaman. Saya nyaman dengan
keramahan mereka, saya nyaman dengan aktivitas mereka, terlebih saya nyaman
dengan semangat anak-anak hebat disitu. Maka semakin yakinlah hati ini untuk
bisa meluangkan waktu dan saling berbagi dengan mereka. Siapapun dan apapun
yang terlingkup didalamnya.
Yap, ternyata
sepanjang inilah tulisan yang bisa saya ciptakan. Entah apa ini, saya juga tak
mengerti. Tetapi seperti itulah rasanya pertama kali bertemu dan bekomitmen untuk
menjadi bagian tempat itu.
Esok lusanya,
saya kembali dan mulai berbagi seadanya dengan anak-anak hebat itu sampai saat
ini, pun saat tulisan ini selesai bahkan sampai akan ada tulisan selanjutnya,
berharap akan tetap bisa berbagi.
penulis: Kadrina Rauf
pandangan pertama.. setiap jengkal kita berbagi memang selalu diawali "ketidaknyamanan" akan keadaan sekitar, itulah insting, pure instinct.
BalasHapusnote*nilai 8 anda bisa dipertanggungjawabkan...hehe